Tuesday, April 1, 2014

Para Peramal Matematis

Betullah jika begitu analisa bahwa era futurologi telah semakin meredup. 

Buku Toffler yang dulu begitu dipuja, sekarang tak disepakati oleh sebagian besar orang. 

Kini, banyak orang telah merasakan bahwa hasil teknologi mutakhir, mulai dari televisi, pil KB sampai transistor, telah membawa perubahan yang tidak terlalu mengganggu kehidupan mereka. 

Justru, masyarakat merasa telah belajar mengendarai roket inovasi. 

Kemajuan sains dan teknologi tidak sepenuhnya mengejutkan pemikiran. 

Toh, inovasi terus berlanjut. 



Dalam 10 tahun terakhir ini saja, terlihat bahwa lompatan inovasi dalam sejarah manusia tidak hanya tentang internet tapi juga pada pengkodean gen manusia dan kloning gen yang telah melahirkan domba Dolly. 

Sangat masuk akal untuk membuat asumsi, seperti yang diungkapkan seorang penulis sains-fiksi, 
Arthur C. Clarke.

“Saya jarang memprediksi masa depan, saya lebih cenderung memprediksi atau memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan dari apa yang terjadi pada hari ini,” katanya. 

Itu artinya, memprediksi masa depan tetap diperlukan tapi tidak dengan metode kaum futuris yang hanya berlandaskan keyakinan semata, bukan berdasarkan perhitungan matematis. 

Buktinya, dengan perhitungan matematisnya, teknik meramal yang ditelurkan para futuris itu sekarang banyak digunakan secara luas tak hanya oleh pelaku bisnis, tapi juga oleh lembaga-lembaga pemerintah. 

Banyak perusahaan mulitinasional mempekerjakan para peramal matematis yang bertugas memprediksi apa yang terjadi di masa depan pada 10, 25 atau bahkan 50 tahun kemudian. 

Pada dekade yang lalu, ketika perekonomian Jepang terguncang, banyak orang memprediksi bahwa ekonomi Amerika akan sepenuhnya mendominasi perekonomian dunia. Buktinya? Tidak juga. 

Justru sekarang ini, banyak sekali para visionaris yang berpendapat bahwa pada tahun 2025 mendatang, Chinalah yang akan menggantikan USA sebagai penggerak utama perekonomian dunia.

Juga di bidang rekayasa genetika. Berdasarkan atas apa yang telah terjadi hari ini pada banyak laboratorium, sangat mungkin sekali “Sesuatu yang Besar Berikutnya” (The Next Big Thing) akan datang dari bidang rekayasa genetika. 

Sistem fertilisasi in vitro telah memberi ruang dan kemampuan yang lebih luas bagi para ilmuwan untuk menciptakan sebuah embrio dalam sebuah petri dish. 

Bahkan suatu ketika sangat mungkin mereka membuat beberapa embrio sekali jalan. Bahkan, dengan teknologi genetika yang semakin berkembang sangat memungkinkan bagi seorang ilmuwan untuk memperbaiki karakter genetika sesuatu makhluk hidup. 

Yang ini, sekarang ini sudah terjadiwalaupun kemajuan di bidang ini membuka peluang pelanggaran kode etik ilmu pengetahuan oleh para ilmuwan nakal, misalnya, debut mereka untuk mulai menciptakan manusia kloning pertama yang sangat mengganggu banyak orang itu. 

Yang jelas, tulis Fred Guterl lagi, setiap inovasi dan perubahan akan memiliki dampak yang sangat luas. Bagaimanapun, dengan cara yang lebih baik, futurologi masih diperlukan tapi dengan asumsi-asumsi ilmiah dan perhitungan yang tepat. Namun, apa yang dikatakan Toffler pun tampaknya masih relevan:

Siapa tak berteknologi, ia akan merasa terasing di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi

Sumber:

Kalipaksi